Senin, 30 November 2009

Asal-Usul Baduy Pedalaman

Pada masa Kesultanana Banten di bawah kepemimpinan Sultan Maulana Yusuf, sedangkan Kerajaan Galuh Pajajaran di bawah kepemimpinan Raja Nusia Mulia, terjadi perang dikeduanya.

Kesultanan Banten yang dibantu oleh 40 ( Empat Puluh ) orang dari Keratuan Skala Beghak, akhirnya menyerang Kerajaan galuh Pajajaran.

Dalam menembus pertahanan pasukan Galuh Pajajaran, Pasukan garis depan Kesultanan Banten tak mampu menembus pertahanan lawan, bahkan pasukan garis depan Pasukan Banten banyak yang gugur di medan perang, tak sampai disitu pasukan garis depan mendapatkan ejekan serta hinaan dari pasukan Galuh Pajajaran.

Melihat hal tersebut Pasukan inti dari Kesultanana Banten serta 40 ( Empat Puluh ) orang utusan dari Keratuan Skala Beghak maju ketengah pertempuran.

Kali ini Pasukan Galuh Pajajaran banyak yang menjadi korban keganasan dari Pasukan Inti Kesultanan Banten, Perang yang terjadi begitu dahsyatnya membuat ke dua pasukan masing - masing menguras segala kemampuannya hal tersebut membuat Pasukan Inti dari Kesultanan Banten dapat menembus pertahanan pasukan Galuh Pajajaran.( Dalam perang terebut siapapun yang ditunjuk oleh 2 Orang utusan dari Kebuwaian Buwai Nyerupa mengalami kematian yang takdiketahui penyebabnya ).

Menyadari akan bahaya bagi pasukan Kerajaa Galuh Pajajaran kemudian Raja Nusia Mulia maju ketengah - tengah medan pertempuran dan segera menghentikan jalannya pertempuran.

Dalam keheningan sesaat Raja Nusya Mulia maju ketengah - tengah medan pertempuran dan menanyakan perihal 40 ( Empat Puluh ) orang utusan dari Keratuan Skala Beghak khususnya terhadap 2 ( Dua ) orang utusan dari Kebuwaian Buwai Nyerupa selaku ketua robongan dari Kratuan Skala Beghak.

Dengan adanya pembicaraan antara 2 ( Dua ) orang utusan dari Kebuwaian Buwai Nyerupa dan Raja Nusya Mulia, pada akhirnya Raja Nusya Mulia bersedia menyatakan ketakhlukannya terhadap Kesultanan Banten.

Adapun Raja Nusia Mulia mau menyatakan ketakhlukannya terhadap Kesultanan Banten dikarenakan demi menjaga kelestarian hubungan antara Ratu Skala Beghak dan Raja Rawayan ( Raja Nusia Mulia ) yang mana mereka semua merupakan keturunan dari Ratu Menpik atau Ratu Sailendra.

Dengan adanya pernyataan takhluk terhadap Kesultanan Banten, maka sebagian besar pengikut Galuh Pajajaran ( Raja Nusya Mulia ) banyak yang menganut Agama Islam disamping itu juga sejak Kerajaan Galuh Pajajaran dapat ditaklukan hampir seluruh rakyat di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat menganut agama Islam.

Namun dalam menyatakan ketakhlukannya terhadap Kesultanan Banten, tidak semua pengikut Raja Rawayan yang bersedia mau menyatakan ketakhlukannya terhadap Kesultanan Banten terlebih lagi mau menyatakan ke Islamannya.

Ditengah pembicaraan antara Raja Nusia Mulia serta Kebuwayan terdapat 40 ( empat Puluh ) orang Rawayan yang tidak bersedia menyatakan ketakhlukannya terhadap Kesultanan Banten, diantara pengikut Raja Nusia Mulia yang tak bersedia menyatakan ketaklukannya terhadap Kesultanan banten terdapat 40 ( empat Puluh ) orangyang tak bersedia menyatakan ketaklukannya terhadap Kesultanan Banten terlabih akan menganut ajaran Islam.

Ke 40 ( Empat Puluh ) orang tersebut menganggap bahwa Sultan Banten telah mengadu antara Kebuwayan dan Rawayan, atas hal tersebut ke 40 ( Empat Puluh ) orang Rawayan alu mengambil sikap akan menyerang Kesultanan Banten pabila 40 ( Empat Puluh ) orang utusan dari Keratuan Skala Beghak telah pergi meninggalkan Bumi Banten.

Usai mengambil sikap menentang terhadap Kesultanan Banten tersebut lalu ke 40 ( Empat Puluh ) orang Rawayan tersebut pergi meninggalkan Kerajaan Galuh guna menyusun kekuatan untuk menyerang Kesultanan Banten nantinya setelah utusan dari Keratuan Skala Beghak pergi meninggalkan Bumi Banten.

Selanjutnya setelah Kerajaan Galuh Pajajaran menyatakan takhluk terhadap Kesultanan Banten, lalu pasukan gabungan kembali menuju ke Kesultanan Banten, guna melaporkan hasil perjuangan mereka terhadap Sultan Maulana Yusuf di Kesultanan Banten.

Atas keberhasilan Pasukan Gabungan yang telah dapat menakhlukan Kerajaan Galuh Pajajaran, setibanya di Kesultanan Banten Pasukan Gabungan disambut oleh seluruh Rakyat Banten, dengan mengadakan berbagai acara di Kesultanan Bante.

Ditengah acara yang sedang berlangsung, Sultan Banten yang mendapatkan laporan atas sikap ke 40 ( Empat Puluh ) orang rawayan yang akan menyerang ke Kesultanan Banten, kemudian Sultan Banten meminta kesediannya dari 40 ( Epat Puluh ) orang utusan dari Keratuan Skala Beghak atau Kebuwayan Empat untuk bersedia tetap berada di Bumi Banten untuk selamanya.

Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya serangan dari ke 40 ( Empat Puluh ) orang Rawayan serta untuk mempererat ikatan antara Lampung dan Banten, khususnya terhadap Ikatan Perwati 12 ( Dua Belas ). Mengingat akan hal tersebut lalu 40 ( Empat Puluh ) orang utusan dari Keratuan Skla Beghak bersedia untuk tetap berada di Bumi Banten selamanya.

Dilain pihak ke 40 ( Empat Puluh ) orang Rawayanyang mengetahui hal tersebut ( Utusan dari Keratuan Skala Beghak tetap berada di Bumi Banten ), lalu mereka kembali menentukan sikapnya akan tetap menyerang Kesultanan Banten dikemudian harinya,.

Usai menentukan sikapnya yang ke 2 ( dua ) tersebut lalu ke 40 ( Empat Puluh ) orang Rawayan tersebut pergi mengasingkan diri didalam hutan.

Mengetahui akan sikap ( ancaman ), dari 40 ( Empat Puluh ) orang Rawayan yang akan menyerang Kesultanana banten di kemudian hari, lalu seluruh Rakyat Banten sepakat mengeluarkan pernyataan yang berbunyi :

Sementara itu setelah sekian lama 40 ( Empat Puluh ) orang Rawayan yang berada di dalam hutan, tersebut pada akhirnya mereka dikenal oleh masyarakat luar dengan sebuatan Baduy Pedalaman atau 40 ( Empat Puluh ) orang Baduy Pedalaman atau 40 ( Empat Puluh ) orang Rawayan.

Kini dari keturunan 40 orang Rawayan atau 40 orang Baduy Pedalaman tersebut dapat kita jumpai di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten.

Catatan sejarah Asal Usul 40 ( Empat Puluh ) Baduy Pedalaman ini di tulis oleh Nyerupa Sang Wai Tu Opara Bahrun Sailendra, Anton Sailendra, Nyerupa Sang Wai Tu Bahrun Djakia Sailendra, Nyerupa Sang Wai Tu Sudirman Sailendra, Nyerupa Sang Wai Tu Abdul Murad Sailendra, Nyerupa Sang Wai Tu Mustopa Sailendra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, mencaci dan memberikan masukan pada Artikel yang saya tulis tapi jangan Spamm. Saya akan melaporkan e-mail anda jika berbuat Spamm.
Terima Kasih. Cihuy...!!

Cari di Google

Free Blog Counter